Kamis, 03 Desember 2015




Sesuai nama rumah makannya, pemiliknya memang bernama Uni Cah. Di rumah makan dari perempuan yang mempunyai empat anak ini, anda bisa menyantap beragam menu khas Kapau. Menu rumah makan maupun kedai nasi Kapau sedikit berbeda dari rumah makan Padang, baik secara proses maupun penyajiannya. Rumah makan Padang dan kedai nasi Kapau memiliki menu khas seperti gulai sayur nangka yang biasanya terdiri dari nangka muda, kol, dan rebung. Menariknya, di rumah makan Padang, sayuran ini dipotong kecil-kecil, sementara pada menu nasi Kapau, sayuran disajikan utuh. Kol, misalnya, disajikan selembar utuh, sementara kacang panjang hanya dibagi 2-3 potong per lonjor. Menu lain yang menjadi ciri khas nasi Kapau adalah gulai usus sapi yang berisi campuran tahu dan telur ayam yang sudah dihaluskan. Selain itu perbedaan juga terletak pada bumbu. Bumbu di rumah makan Padang umumnya ditumis, sementara di rumah makan Kapau tak ada yang ditumis.

Uni Cah yang memiliki nama asli Nafsah, mulanya berjualan nasi Kapau secara kaki lima di Pasar Aur Kuning, Bukittinggi, pada 1981. Saat itu, karena keterbatasan modal, kedainya tak menyediakan meja makan. Seperti khas nasi Kapau pada umumnya, setiap menu diletakkan di baskom-baskom besar yang ditata secara berundak di depan penjual. Ketika pembeli memesan, penjual akan mengambil lauk-pauk dengan sendok sayur bergagang kayu panjang, sehingga bisa menjangkau lauk yang letaknya agak jauh dari jangkauan tangan. Para pembeli biasanya bersantap di depan atau samping menu yang ditata tersebut dengan menggunakan tangan.


Dibantu anak-anak dan suaminya, Uni Cah belajar memasak secara otodidak. Ia memilih memasak menu sedikit demi sedikit, sehingga pembeli selalu mendapatkan masakan yang baru setiap hari. Rasa masakannya yang lezat di lidah membuat kedainya selalu laris didatangi banyak pengunjung, termasuk dari luar kota. Maklum, Pasar Aur Kuning sehari-harinya menjadi pusat grosir busana seperti Tanah Abang di Jakarta. Tak sedikit pula petani yang sedang menjual hasil buminya di sana menjadi pelanggan Uni Cah.

Nama Uni Cah terkenal berkat promosi dari mulut ke mulut. Tak heran, meski hanya berupa warung tenda di kaki lima, pegawainya mencapai 15 orang. Usahanya pun makin meningkat sehingga pada 2012 ia bisa memindahkan usahanya ke sebuah ruko yang dikontraknya di Pasar Aur Kuning. Namun, lantaran ruko itu akhirnya dijual pemiliknya, tiga tahun kemudian seiring pertumbuhan usahanya, Uni Cah memindahkan usahanya ke sebuah rumah makan yang cukup luas di Jalan Padang Luar Km 4, Bukittinggi. Kala itu, jalanan di sana masih sepi dilalui orang.


Namun, menu nasi Kapaunya tetap diburu pelanggan sehingga makin lama usahanya makin maju dan bertahan hingga sekarang. Yang terkenal dari masakannya adalah rendang ayam, gulai tunjang, dan usus. Uni Cah juga menyediakan menu ikan bertelur. Di antara bumbu rendang yang lezat dan berwarna gelap, terselip pula dakak-dakak alias potongan singkong berukuran kecil yang membuat rendang terasa renyah. Sejak awal hingga sekarang, Uni Cah berbelanja dan memilih sendiri bahan bakunya agar kualitas tetap terjaga. Ia juga membuat bumbu dan memasak sendiri. Pagi pukul 09.00-22.00, rumah makannya siap melayani pembeli.

Uni Cah tak menyangka, setahun setelah pindah ke lokasi yang sekarang, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang bersantap ke tempatnya bersama rombongan. Selain Presiden, ada juga menteri-menteri serta wisatawan mancangera. Kalau ada artis yang sedang konser di Padang pun, biasanya juga kerap mampir makan di tempatnya. Tak jarang pula Uni Cah mendapat pesanan untuk acara kenduri atau pernikahan. Sehari-hari, ia dibantu dua anaknya mengelola rumah makan yang tak membuka cabang ini.


Diakuinya, harga menu di rumah makannya lebih mahal dibanding tempat lain. Tapi Uni Cah menawarkan ukuran ikan yang lebih besar, juga dengan irisan lauknya. Kalau diramaskan atau dicampur langsung di piring, sayurnya diberi gratis. Harga menu di rumah makan Uni Cah paling murah sekitar Rp 35.000, yaitu tunjang atau ayam, sedangkan ikan bakar bisa mencapai Rp 60.000 per ekor. Kalau sedang libur panjang atau Lebaran, rumah makannya tak pernah sepi pengunjung, termasuk dari berbagai kota seperti Medan, Jambi, Jakarta, dan Pekanbaru.










0 komentar:

Posting Komentar