Minggu, 29 November 2015




Selain kota Medan di Sumatera Utara, Pontianak juga menyimpan banyak resep asal Tiongkok yang mampu menggoyang lidah. Salah satu di antaranya adalah olahan mi bernama kwetiau alias guotiaw atau mietiaw. Mi berbentuk lebar dan pipih berwarna putih ini terbuat dari tepung beras, sebagian ada yang dicampur tepung sagu atau kanji. Mi jenis ini dapat digoreng ataupun direbus dengan beragam daging seperti ayam, ikan, atau sapi. Khusus di Pontianak, kwetiau yang kerap dijajakan berisi campuran daging, babat, dan kikil sapi.

Ada beberapa tempat makan kwetiau di Pontianak yang masing-masing memiliki penggemar setia. Dua di antaranya sudah memiliki nama melegenda sehingga untuk mencapai tempat ini sudah dapat dipastikan pelanggan tidak akan kehilangan arah. Pasalnya, hampir setiap warga asli Pontianak pasti tahu letak persis tempat makan tersebut. Yang pertama adalah Kwetiau Apollo di Jalan Pattimura. Uniknya, persis di sebelah kiri tempat makan ini berdiri sebuah tempat makan yang juga menyajikan kwetiau dengan nama Polo. Di depan kedua rumah makan ini terdapat tulisan yang cukup provokatif yang bisa membuat kita tersenyum saat membacanya. Tak heran, jika ‘permusuhan’ di antara keduanya sudah lama menjadi buah bibir warga sekitar.


Namun, mengenai tulisan tersebut, Hermanto yang kini mengelola Apollo menjelaskan bahwa tulisan tersebut hanya bersifat candaan. Karena antara pemilik Apollo dan Polo memang masih ada hubungn saudara. Pemilik Polo adalah ayah dari sepupu Hermanto. Persaingan di antara keduanya pun cukup sehat, karena masing-masing sudah memiliki pelanggan setia. Toh, menurut Hermanto, rezeki juga sudah ada yang mengatur. Hermanto mengatakan bahwa usaha ini adalah usaha turun temurun yang dimulai sejak tahun 1968 oleh pamannya. Lalu karena sang paman memutuskan tinggal di Jakarta, usaha ini kemudian dikelola ayah Hermanto bersama sepupunya, yang kemudian beberapa tahun kemudian memilih memulai usaha sendiri dengan nama Polo.


Kwetiau yang disajikan di Apollo memiliki porsi yang cukup besar dengan isian campuran daging serta jeroan sapi. Mi yang digunakan murni dibuat dari tepung beras sehingga tidak liat. Begitu masuk mulut, mi langsung meleleh dan meninggalkan rasa gurih dari bumbu yang digunakan. Daging dan jeroan sapi pun sudah melewati proses perebusan terlebih dahulu. Hasilnya, daging, jeroan sapi dan kikil terasa sangat lembut. Sementara kecap digunakan secukupnya sehingga tidak mendominasi seluruh rasa masakan. Apollo menyajikan kwetiau goreng, rebus, telur dan bun. Bun biasa disebut nyemek, alias sedikit berair namun tidak seperti mi rebus, sehingga membuat mi jadi sedikit lebih lembut. Berbicara harga, sampai sekarang Kwetiau Apollo tetap dijaga pada kisaran Rp 20.000 per porsi. Harga yang tidak terlalu mahal namun tidak melupakan kualitas serta porsinya, agar semua lapisan masyarakat dapat mencoba salah satu makanan legendaris ini kapan pun.

kwetiau goreng Antasari

Selain Apollo dan Polo, di Jalan Pangeran Antasari juga terdapat sebuah tempat makan kwetiau yang dinamakan sesuai nama jalan yakni Kwetiau Antasari. Ketenaran Kwetiau Antasari dapat dibuktikan dari puluhan foto tokoh dan selebritas dalam negeri yang pernah mengunjungi tempat makan ini. Hampir 80 persen selebritas yang datang ke Pontianak pasti mampir ke sini. Dari semua menu yang ditawarkan, yang menjadi favorit adalah kwetiau goreng. Karena menurut pelanggan, kwetiau ini rasanya beda dengan yang lain. Yang membedakan mungkin dari bumbunya yang lebih berani. Dalam sehari rata-rata Kwetiau Antasari bisa terjual sekitar 23 kilogram kwetiau, dan bisa dua kali lipatnya pada hari libur akhir pekan atau hari besar seperti Lebaran dan tahun baru. Bila sedang ramai, proses memasak kwetiau memang tidak pernah berhenti. Kwetiau Antasari dijual mulai dari harga Rp 25.000 sampai Rp 45.000.

0 komentar:

Posting Komentar