Jumat, 02 Oktober 2015




Sudah sejak tahun 1995 Gusni berjualan bubur kampiun. Ia mengawali pekerjaannya sebagai penjual bubur di pasar Padang Panjang. Kala itu ia menyewa tempat di sebuah swalayan yang ada di pasar. Saat Ramadhan, perempuan berbadan subur ini juga berjualan bubur dan sambal di pusat jajan yang dibuka menjelang buka puasa di pasar. Setelah usahanya makin maju, pada tahun 2003 ia membuka restoran padang Aie Badarun di pinggir jalan raya Padang Panjang-Bukittinggi Km 6 dan sambil tetap berjualan bubur kampiun, hingga sekarang. Deretan jenis bubur bisa anda temukan di sebelah kanan pintu masuk restoran. Bubur kampiun yang dipelajari Gusni dari ibunya ini terdiri dari kolak pisang, kolak ubi, kolak labu kuning, bubur ketan hitam, bubur delima, dan bubur candil. Semuanya dicampur dan dituangi santan serta gula anau atau gula aren cair.

Bubur buatannya memang tidak menggunakan pemanis buatan, tapi menggunakan gula aren murni. Santannya pun diperas dengan tangan, bukan dengan mesin sehingga rasanya lebih gurih. Pembeli juga bisa memesan hanya satu macam bubur saja. Selain itu, ada pula nasi tuai atau ketan yang disiram dengan kuah serabi. Lantaran tak menggunakan pengawet, bubur kampiun yang dibuat pada pagi hari hanya bisa bertahan sampai malam. Kalau tidak habis, bubur akan dibuang atau dibagikan ke anak yatim yang ada di sekitar restoran. Bubur kampiun biasanya disantap pagi hari. Namun, siang hari pun banyak peminatnya, tak jarang sambil ditambahkan es batu agar terasa lebih segar. Pukul 10.00-14.00, bubur yang dijual masih panas di bagian bawahnya karena tidak diaduk.


Rasa gurih dan manisnya yang pas membuat banyak orang kembali lagi untuk mencicipi bubur kampiun. Bahkan, para perantau pun tak jarang menyempatkan diri mampir ke restoran milik Gusni ini untuk merasakan kembali lezatnya bubur kampiun buatannya. Pelanggan dari luar daerah juga cukup banyak yang datang, terutama dari Jakarta. Karena di Jakarta, bertemu bubur kampiun biasanya hanya pada saat bulan puasa. Sementara di restorannya, disediakan tiap hari. Gubernur, Kapolda, pejabat, dan artis pun sering menyantap bubur kampiun di sini. Pada hari biasa, Gusni yang berjualan di bantu anaknya, menghabiskan 500 mangkuk bubur, sedangkan pada akhir pekan bisa sampai 750 mangkuk. Satu porsi harganya Rp 10.000. Selain berjualan di restorannya, Gusni juga kerap menerima pesanan untuk acara rapat atau pesta seperti pernikahan.

0 komentar:

Posting Komentar